Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Relas ilmu Ushlub, kritik sastra dan balaghoh

A. Pengertian kritik sastra,al-ushlub,dan al-balaghah

Pengertan kritik sastra secara lazim diartikan sebagai seni menilai karya dan menganilisnya berdasrkan pada asas ilmiah.stilistika dan krtitik sastra bertemu pada gagasan meniliti teks sastra dari sisi unsur-unsurnya (elemen-elemen artistik dan kreasi)dengan sarana bahasa dan retorika.sedangkan pengertian ilmu al-ushlub Pada tradisi arab istilah style dikenal dengan Uslub. 



Kata Uslub berasal dari kata Salaba ( Asy-Syai’) yang berarti mencabut sesuatu, mengambilnya lalu menguasainya ( Al-Intiza’ wa al- akhdzu wa al-istia ‘alaihi ). Selanjutnya kata uslub berarti deretan  pohon kurma dan setiap jalan yang membentang. 

Kata uslub juga berarti fann, misalnya, dalam ungkapan akhadza fuan fi asaliba minal qaul. Dalam bahasa indonesia, kata fann bisa berarti variasi, macam, jenis, gaya, atau seni. Kata Uslub merupakan kata yang sering dibicarakan ketika seseorang membicarakan pengaruh karya sastra baik lisan maupun tulisan. 

Secara umum, Uslub diartikan sebagai cara pengungkapan tuturan. Berdasarkan pengertian ini, Uslub dibagi dua:Uslub adabi ( gaya bahasa sastra ) dan Uslub ‘Ilmi ( gaya bahasa ilmiah ). Sastrawan, pendongeng, penyair. Dan orator menggunakan uslub adabi; ahli illmu alam menggunakan Uslub ilmi.dan pengertian ilmu al-balaghah adalah salah satu ilmu dalam bahasa Arab. 

Ilmu balaghah sangat penting dipelajari karena merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan pada kejernihan jiwa dan ketelitian.


B. Relasi antara il mu uslub dan balaghah  pada tradisi arab

Stilistika di dalam dunia Barat bisa dikatakan bersumber dari Ilmu Retorika klasik yang berkembang dalam naungan tradisi keilmuan Yunani. Lahirnya studi stilistika di dunia barat sangat memengaruhi dunia keilmuan Arab. 

Sementara dunia Arab sendiri sebelumnya sudah memiliki tradisi keilmuan sendiri yang mirip sekali dengan Ilmu Retorika Barat Klasik,yakni ilm al-balaghah. Maka,ketika para kritikus dan sastrawan Arab ikut serta meramaikan studi Stilistika,tak terelakkan, mereka banyak mengacu pada buku-buku al-balaghah sebagai referensi. 

Karena itu, dalam studi mengenai gaya bahasa, di dunia Arab berkembang keilmuan yang khas. Barangkali, kita bisa menyebut disiplin ini sebagai Balaghah-Stilistika, atau Stilistika-Balaghah, atau lebih gampangnya Stilistika Arab. 

Istilah yang terakhir inilah yang dipakai dalam buku ini. Bisa dikatakan, nyaris seluruh ilmuwan Arab sepakat akan adanya hubungan antara stilistika modern dan al-balaghah.Hanya saja,mereka berbeda dalam memberikan hubungan ini. Perbedaan ini bisa dikelompokkan menjadi tiga.

Kelompok pertama memandang stilistika dan al-balaghah melalui perbedaan sekilas yang ada pada keduanya. Balaghah mengalami kemandekan dan statis; tidak ada usaha nyata untuk mengembangkan disiplin ini untuk bisa merambah pada analis mengenai kinerja sastra yang sempurna. 

Pandangan ini diikuti oleh beberapa peneliti Arab. Antara lain, Muhammad Abdul Muthalib dalam bukunya “Al-Balaghah wa al-Uslub”. Menurutnya,perbedaan-perbedaan antara kedua disiplin ilmu ini terdapat pada tiga sisi: 
  • Pertama, sisi prinsip-prinsip dasar (konsep-konsep dasar). 
  • Kedua, sisi cara kedua ilmu ini terhadap kreasi. 
  • Ketiga, sisi cara kedua ilmu ini terhadap bentuk dan sisi. 


Dilihat dari sisi pertama, yakni prinsip-prinsip dasar,balaghah bekerja hanya berdasarkan pada model-model yang telah ditetapkan dan kompilasi-kompilasi siap pakai. 

Sedangkan stilistika dibatasi oleh aturan-aturan metode ilmiah-deskriptif. Sedangkan mengenai cara kerja terhadap kreasi, tujuan balaghah adalah menciptakan kreasi melalui serangkaian teori yang bisa dijadika dasar penilaian. Sedangkan stikistika berupaya untuk menganalisis hasil kreasi yang benar-benar telah nyata keberadaannya. 

Adapaun cara pandang terhadap bentuk dan isi, kelompok ini memandang bahwa balaghah bersandar pada pemisahan bentuk dan isi,sementara stilistika menolak pemisahan ini. Pendapat ini bukan tanpa kritik. Mengenai konsep-konsep dasar dan cara kerja terhadap kreasi memang umumnya dapat diterima. Namun,beberapa kritik tidak bisa menerima perbedaan stilisitika dan al-balaghah dari sisi sikap kedua ilmu ini terhadap bentuk dan isi. 

Mengenai hal ini Ibrahin Abdul Jawad mengatakan “Uraian ini bisa diaanggap benar jika terbukti bahwa al-balaghah telah memisahkan antara bentuk dan isi. Nyatanya,metode deskriptif jauh dari hal itu. Atau, jika kita membatasi studi kita terhadap satu buku al-balaghah saja,maka tampak peebedaan-perbedaan didalamnya. Dan terbukti bahwa albalaghah tidak memandang bahwa bentuk memisahkan diri dari isi. Selain itu,albalaghah juga tidak berupaya menganalisis hasil kreasi sastra meskipun kebanyakan al-balaghah memiliki sifat normatif. 


Adapun kelompok kedua,kemunculannya ditandai dengan tulisan Syukri Muhammad Ayyad. Ia mengkaji tentang orisinalitas yang berangkat dari akar stilistika modern yang selanjutnya dibenturkan dengan al-balaghah. Syukri memandang bahwa studi balaghah merupakan studi yang subur yang tidak diragukan lagi berperan dalam membangun prinsip-prinsip dasar ilmu stilistika Arab.

Disini Syukri Ayyad berupaya mengungkapkan sisi-sisi persamaan antara pemerian linguis barat mengenai bahasa dengan studi balaghah. Ia mengaitkan antara pandangan de Saussure tentang bahasa dan pengertian al-balaghah menurut Al-jurjani.

Gagasan hubungan yang ada antara poros horizontal dan vertikal hadir pada belahan vertikalnya. Aljurjani mendefinisikan al-balaghah dengan “menyatukan makna gramatika sesuai tujuan dibentuknya kalimat (kalam).” As-Sakkaki mendefinisikan al-balaghah, “mengetahui karakteristik struktur kalimat”.

Berdasarkan gambaran ini, Syukri Ayyad mulai mengungkap sisi-sisi persamaan antara stidi stilistika dan al-balaghah, meski ada perbedaan pada beberapa kasus.

C. Relasi Stilistika dan kritik sastra.


Pengertian kritik sastra secara lazim diartikan sebaagai seni menilai karya sastra dan menganalisisnya berdasarkan pada asas ilmiah. Stilistika dan kritik sastra bertemu pada gagasan meneliti teks sastra dari sisi unsur-unsurnya (elemen-elemen artistik dan kreasi) dengan sarana bahasa dan retorika. 

Berdasarkan definisi ini, kritik sastra berarti memberikan penilaian atas suatu objek berupa karya sastra. Objek material kritik sastra sama dengan objek materila stilistika, yakni karya sastra. Bedanya, tujuan stilistika tidak menganalisis karya itu an sich,tetapi mengungkapkan dasar-dasar keindahan yang terdapat pada redaksinya. Jadi, aspek keindahan sebuah karya sastra menjadi fokus analisis dalam disiplin ini.

Sementara itu,cara kerja kritik sastra bergantung pada selain pada unsur keindahan juga unsur keabsahan suatu bahasa. Dalam konteks ini,stilistika menjadi penghubung antara bahasa dengan kritik sastra. Sementara itu, hubungan antara stilika dan kritik sastra bisa dipandang dari tiga perspektif. Pertama,bahwa stilistika berbeda keritik sastra,dan tidak bisa menggantikannya. 

Dasar dari pandangan ini adalag bahwa kritik sastra memiliki pemahaman yang komprehensif,sementara stilistika memiliki arah yang terbatas. Dalam pandangaan mereka, kritik sastra memiliki prosedur yang sangat jeli,dan menggunakan semua perangkat-perangkat seni,semisal bahasa,rasa seni,dan susunan. Setelah itu,baru dinilai indah tidaknya karya itu berdasarkan data yang ada padanya. Sedangkan orientasi stilistika adalah keindahan saja,tidak sampai pada gagasan menilai karya sastra apakah itu bagus atau tidak. Kedua mengarah pada kritik gaya bahasa. 

Aliran ini memasukkan kritik sebagai salah satu cabang ilmu stilistika,yang diuraikan dengan definisi, dan standar-standar baru. Sedangkan perspektif ketiga, mengakui metodologi masing-masing dari kritik sastra dan stilistika. Mereka memandang bahwa hubungan keduanya adalah hunungan dialektis; kedua metode itu bisa saling melengkapi. 

Munculnya hubungan kedua metode ini sangat jelas ketika kedua metode itu sama-sama meneliti teks dari sisi deskripsi,analisis,dan interpretasi. Kritik sastra mengarah pada penilaian,sedangkan stilistika cukup mengungkapkan isi keindahan.

Setelah itu kita bisa mengatakan,bahwa stilistika hanyalah disiplin pembantu yang memperkaya kritik sastra, membantunya dalam eksperimen alternatif,yang makin menjustifikasi dasar-dasar bangunan kritik sastra. Dengan demikian, Stilistika adalah akat penopang bagi setiap upaya melakukan kritik sastra.